Senin, 27 Agustus 2012

HUBUNGAN MESRA ANTARA YAHUDI DAN IBLIS



Dalam al-Quran, orang-orang Yahudi memiliki kesamaan sifat dengan Iblis. Perhatikan, kisah Bani Israil selalu saja disebutkan setelah kisah Iblis dengan Adam. Dosa-dosa yang dilakukan Bani Israil adalah juga dosa-dosa yang dilakukan Iblis sejak mereka hadir di dunia ini.

Mari, kita lihat kesamaan Iblis dan Yahudi.

Sifat pertama, dengki. Iblis dikenal sebagai makhluk yang dengki. Dan orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang paling dengki.

Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia kesuatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (Yusuf: 9)

Sifat kedua, sombong dan rasialis. Setelah Allah menciptakan Adam, Allah meminta malaikat dan Iblis untuk bersujud kepada Adam, namun Iblis menolaknya.

Allah berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Iblis menjawab, ‘Aku lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan aku dari api sedang Engkau ciptakan dia dari tanah’ (al-A’raf: 12)

Orang-orang Yahudi juga meneriakkan rasialisme dan menganggap diri mereka sebagai Sya’bullah al-Mukhtar (bangsa Allah yang terpilih).

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, ‘Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya’ (al-Maidah: 18)

Sifat ketiga, Iblis dan Yahudi kerjanya merusak. Tentang Iblis, Allah berfirman,

Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar (an-Nur: 21)

Tentang Yahudi, Allah berfirman,

(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu mengikat, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi (al-Baqarah: 27)

Sifat keempat, Allah menyebut Iblis sebagai musuh bagi manusia dan memerintahkan manusia untuk menjadikannya sebagai musuh abadi.

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh(mu). (Fathir: 6)

Dan Allah menggambarkan orang-orang Yahudi sebagai orang yang paling memusuhi umat Islam. Allah berfirman,

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik (al-Maidah: 82)

Sifat kelima, Allah telah memperingatkan umat Islam agar jangan terpengaruh dan menjadi pengikut Iblis. Allah berfirman,

Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan…( an-Nur: 21)

Tentang Yahudi, Allah juga melarang umat Islam untuk menjadi teman dan pengikut mereka.

Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (al-Ma’idah: 51)

Sifat keenam, Iblis dan Yahudi berhasrat untuk mengkafirkan umat Islam dengan segala cara.

Iblis berkata, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. (al-A’raf: 16)

Tentang hasrat Yahudi untuk mengkafirkan umat Islam, Allah berfirman,

Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. (al-Baqarah: 109)

Sifat ketujuh, Yahudi lebih kasar dan tidak sopan perkataannya kepada Allah dibanding Iblis. Ketika bersumpah untuk menyesatkan manusia, Iblis masih bersumpah dengan Kekuasaan Allah.

Iblis berkata, ‘Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya’ (Shad: 82)

SedangkanYahudi sama sekali tidak mengenal kemuliaan Allah. Mereka tidak pernah berharap Kemuliaan Allah. Mereka malah berkata,

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan, ‘Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya’ (Ali Imran: 181)

Mereka juga berkata, ‘Tangan Allah terbelenggu’ (al-Maidah: 64)


Note from:  All About Islam

Senin, 20 Agustus 2012

Misteri & Fakta Ka’bah

Bukti Sinergi Kewajiban Haji Sudah Disinggung Dalam Injil (Al Kitab) dan Perjanjian Lama (Taurot)


IBADAH HAJI (Pilgrimage) DAN ARAH SHALAT DALAM INJIL

Ibadah haji bukan ritual bangsa pagan, Secara syariat, mula haji dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. pada sekitar 2000 tahun SM.
Ketika itu, Ibrahim dan Ismail as.putranya, diperintahkan membangun Ka'bah.
Ritual ini terjadi pada bulan ke dua belas terdiri dari pejalanan ke Mekkah, melakakukan beberapa ritual yang berpuncak pada ritual korban dan mencukur rambut.
Hakikat haji adalah perjalanan ruhani seorang hamba menuju Allah.
Dalam terjemahan kamus adalah: perjalanan jauh seseorang ke sebuah tempat istimewa dimana untuk menunjukkan rasa hormat (kepada Sang Pencipta).
Pilgrimage ; a journey to a place which is considered special, and which you visit to show your respect. (Cambridge dictionary)

Ia bermakna keharusan bagi setiap manusia yang ingin kembali kepada Tuhan dalam keadaan suci hingga berakhir dengan perjumpaan dengan Tuhan. MENGAPA harus berhaji?

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Islam didirikan atas lima hal; Penyaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah, melaksanakan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah dan puasa Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Umar).

Surat dalam Alquran: "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah" (QS Ali 'Imran: 97).

Salah satu makna terbesar yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji adalah tentang persatuan dan kesatuan umat.

Ajaran ini tercermin sejak orang yang melaksanakan ibadah haji memasuki miqat. Di sini mereka harus berganti pakaian karena pakaian melambangkan pola, status dan perbedaan-perbedaan tertentu.

Pakaian menciptakan "batas" palsu yang tidak jarang menyebabkan "perpecahan" di antara manusia. Selanjutnya dari perpecahan itu timbul konsep "aku", bukan "kami atau kita", sehingga yang menonjol adalah kelompokku, kedudukanku, golonganku, sukuku, bangsaku dan sebagainya yang mengakibatkan munculnya sikap individualisme.

Mulai dari miqat mereka mengenakan pakaian yang sama yaitu kain kafan pembungkus mayat yang terdiri dari dua helai kain putih yang sederhana.

Semua memakai pakaian seperti ini. Tidak ada bedanya antara yang kaya dan yang miskin, yang terhormat dan orang kebanyakan, yang berasal dari Barat dan yang berasal dari Timur, mereka memakai pakaian yang sama, berangkat dan akan bertemu pada waktu dan tempat yang sama. Dengan aktivitas yang sama dan menggunakan kalimat yang sama.

"Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, akau penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kekuatan hanyalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu."

Manusia yang tadinya terpecah-pecah dalam berbagai ras, bangsa, kelompok, suku dan keluarga dengan ibadah haji dihimpun oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan berbagai faktor kesamaan agar mereka menjadi satu. Memuji kebesaran Allah dengan konsentrasi yang sama, dimana di tempat asalnya mereka disibukkan dengan masalah masing2, di sana kita seolah me re-charge hati, keyakinan dan kepasrahan terhadap Allah.

Pada masa Nabi Daud, tempat ziarah / kiblat shalat dipindahkan seperti kita ketahui dalam 1 TAWARIKH 15, dengan membawa tabut ke Yerusalem.

Dalam khotbah di bukit Yesus AS meramalkan akan berpindahnya tempat ziarah dan arah shalat dari yerusalem ke sebuah tempait lain :

"Kata Yesus AS kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. "Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian." (Yohanes 4:21-23)

Tempat ziarah menjadi subyek kontoversi di masa Yesus AS. Kaum yahudi meng-klaim tempat itu adalah yerusalem sedangkan kaum samaritan meng-klaim gunung yakub sebagai tempat ziarah.

Pertama, Yesus menyebutkan bahwa akan datang suatu masa tempat ziarah bukan lagi Yerusalem atau gunung kaum Samaritan. Kedua, beliau menyebutkan bahwa ziarah akan dilakukan di suatu tempat yang akan dituju oleh orang yang benar-benar akan menyembah Tuhan.

Begitu juga dalam perjanjian lama:

"Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediaman-Nya untuk menegakkan nama-Nya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi." (Ulangan 12:5)

"maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN." (Ulangan 12:11)
"Tetapi di tempat yang akan dipilih TUHAN di daerah salah satu sukumu, di sanalah harus kaupersembahkan korban bakaranmu, dan di sanalah harus kaulakukan segala yang kuperintahkan kepadamu." (Ulangan 12:14)
"Apabila tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk menegakkan nama-Nya di sana, terlalu jauh dari tempatmu, maka engkau boleh menyembelih dari lembu sapimu dan kambing dombamu yang diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang kuperintahkan kepadamu, dan memakan dagingnya di tempatmu sesuka hatimu." (Ulangan 12:21)

Ayat di atas, mirip dengan praktik ritual haji dan penyembelihan hewan kurban dalam idul adha atau lebaran haji dalam ajaran Islam, dimana para jemaah haji di mekkah akan menyembelih kurban di sana setelah selesai ritual haji, maka bagi yang tidak pergi ziarah, dapat menyembelih hewan kurban dimana saja mereka berada.
Dalam Injil dapat juga kita temui petunjuk yang menyebutkan cara ritual haji seperti yang dilakukan umat muslim di mekkah, yaitu berwudhu atau bersuci lalu berjalan mengelilingi Ka'bah/rumah (mezbah) Allah:
"Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya TUHAN (Mazmur 26:6)
Rumah Tuhan yang pertama dicatat dalam Alquran sebagai di Bakkah, nama kuno bagi Mekkah:
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia" (QS 3-96)
Hal ini telah diketahui dalam Mazmur 84:5-7:
"Berbahagialah segala orang yang boleh duduk dalam rumah-Mu serta memuji akan Dikau senantiasa." (Mazmur 84:5)
"Berbahagialah orang yang kuatnya adalah dalam Engkau, dan hatinya adalah pada jalan raya (ziarah) ke kaabah-Mu". (Mazmur 84:6)
"Apabila mereka itu melalui lembah Baka mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air, bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat." (Mazmur 84:4-7)
(catatan: terjamahan di atas diterjemahkan dari Injil versi 'New International Version' karena berbeda dalam terjemahan injil bahasa Indonesia)
Ringkasnya ziarah dalam Islam pada dasarnya sama dengan ziarah dalam al-kitab. Keduanya merefleksikan waktu, tujuan, praktik dan tempat tempat ziarah yang sama.

Kenapa ada nabi Musa AS dengan Taurat, lalu ada Nabi Isa (Yesus) AS dengan Injil kemudian ada Nabi Muhammad SAW dengan Al-Quran ? :

Matius 5:17 : "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Al-Quran surat Ali Imran:3 : “Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur`an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.”
Wallahualam bishawab.

PUSARAN ENERGI KA'BAH
 
Sumber

Pusaran energi ka'bah dan rahasia Multazam : Tempat Yang Paling Mustajab Untuk Berdoa.

Ketika seseorang menunaikan ibadah haji, hampir dipastikan setiap orang yang berthawaf akan menyempatkan diri untuk berdo’a di Multazam. Multazam adalah suatu tempat di dekat Ka’bah antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Konon, berdoa disini cepat dikabulkan Allah. Lalu, rahasia apakah yang menyebabkan berdo’a di tempat ini menjadi demikian mustajab ?

Hal ini akan dicoba ditelaah secara ilmiah, walaupun ada keterbatasan ilmu dan nalar.

Faktor-faktor penyebab Multazam menjadi tempat yang mustajab :
1. Faktor Nabi Ibrahim
2. Faktor Hajar Aswad
3. Faktor jutaan manusia yang berthawaf mengitari Ka’bah

1. Faktor Nabi Ibrahim
· Nabi Ibrahim adalah orang yang membangun Ka’bah bersama Nabi Ismail.
· Nabi Ibrahim adalah hamba yang berhati lembut. Dalam bahasa lain dikatakan bahwa hati yang lembut akan memancarkan cahaya dan aura yang positif. Semakin lembut dan iklas seseorang, maka pancaran auranya akan semakin kuat dan bisa meresonansi (baca : mempengaruhi) lingkungan sekitarnya. Bila kita dekat dengan orang yang saleh, maka hidup dan hati kita akan tenteram.
· Nabi Ibrahim adalah Rasul dengan kualitas kepasrahan dan keikhlasan yang sangat tinggi, sehingga oleh Allah beliau dijadikan teladan untuk umat manusia. Hal ini dibuktikan ketika beliau diperintahkan Nya untuk mengorbankan anaknya. Semua itu dijalani dengan penuh kepasrahan dan keikhlasan.

QS. Shaad (38) : 45
Dan ingatlah hamba-hamba Kami : Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang Tinggi.

· Dengan tingkat kepasrahan dan keikhlasan seperti ini, Nabi Ibrahim mempunyai pancaran energi yang luar biasa besarnya. Manusia dan lingkungan yang pernah menjadi lokasi aktifitas beliau akan teresonansi oleh energi beliau. Apalagi karya-karya yang lahir langsung dari tangan beliau – dengan bantuan Allah tentu saja
· Ka’bah adalah karya Nabi Ibrahim. Maka, di dalam Ka’bah ini – dengan izin Allah- tersimpan energi Nabi Ibrahim yang sangat besar. Apalagi Ka’bah menjadi tempat aktifitas beribadah selama bertahun-tahun, maka Ka’bah menyimpan energi yang positif. Dekat dengan Kab’ah serasa dekat dengan Nabi Ibrahim. Kita merasakan ketenangan, kedamaian dan kelembutan, persis seperti sifat Nabi Ibrahim. Maka berdo’a di dekat Ka’bah akan membantu kita untuk khusyuk dan hati menjadi tenang dan fokus pada saat berdo’a. Hilang semua kesombongan dan keangkuhan, sehingga do’a kita menjadi didengar oleh Allah.

QS. Al A’raaf (7) : 55
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas

2. Faktor Hajar Aswad (Batu Hitam)
· Hajar Aswad adalah Batu Hitam yang –konon- jatuh dari langit (kemungkinan besar meteor) yang memiliki kadar logam yang sangat tinggi.
· Hajar Aswad dijadikan sebagai salah satu bagian dari batu fondasi Ka’bah oleh Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail mendapat perintah dari Allah untuk meninggikan fondasi Ka’bah yang sampai kini menjadi pusat peribadatan umat Islam.

Qs. Al Baqarah (2) : 127
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".

· Energi yang dipancarkan oleh Nabi Ibrahim sepanjang interaksinya pada waktu itu tersimpan dalam sistem bangunan Ka’bah. Apalagi seusai membangun Ka’bah itu beliau berdua (Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail) berdo’a memohon agar ibadah dan do’a mereka diterima seperti ayat di atas. Hajar Aswad berfungsi sebagai semacam pintu masuk dan keluarnya energi Ka’bah karena memiliki daya hantaran elektromagnetik yang sangat tinggi. Energi Ka’bah mengalir deras di bagian ini meliputi orang disekitarnya. Karena itu orang yang berada paling dekat dengan Hajar Aswad (disitulah letaknya Multazam) itulah yang mengalami pengaruh paling besar karena getaran gelombang doanya berinteraksi dengan sistem energi Ka’bah.
· Hajar Aswad kemungkinan besar memiliki konduktivitas yang luar biasa. Hal ini dibuktikan saat ada petir yang secara tiba-tiba menyambar Ka’bah pada tahun 1995. Anehnya, petir itu tidak menyambar pengkal petir di gedung-gedung tinggi di sekitar Masjidil Haram, melainkan menyambar Ka’bah.Secara ilmu fisika hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya konduktivitas Hajar Aswad dibandingkan dengan Platina yang berada di ujung penangkal petir di gedung-gedung tinggi tersebut. Dalam keadaan biasa, petir seharusnya menyambar benda tertinggi dari permukaan tanah


3. Faktor Orang Berthawaf
· Sesungguhnya setiap perbuatan manusia menghasilkan gelombang eleltromagnetik. Gelombang ini memancar ketika kita sedang berpikir maupun sedang melakukan aktifitas fisik.
· Hal ini terjadi karena tubuh manusia merupakan kumpulan bio elektron yang berputar-putar di setiap atom penyusun tubuh kita. Ketika sedang berbicara, sebenarnya kita sedang memancarkan gelombang suara yang berasal dari getaran pita suara kita. Begitu pula, saat kita melakukan sesuatu, artinya kita sedang memantulkan gelombang cahaya ke berbagai penjuru. Jika tertangkap mata seseorang, gerakan atau perbuatan kita bisa dilihat olehnya.
· Bila kita sedang berpikir maka otak kita juga memancarkan gelombang-gelombang yang bisa dideteksi dengan menggunakan alat perekam otak yang disebut EEG (Electric Encephalo Graph). Jadi, setiap aktifitas kita selalu memancarkan energi.
· Dalam Ilmu Fisika, kita mengenal Kaidah Tangan Kanan, yang berbunyi : Jika ada sebatang konduktor (logam) dikelilingi oleh listrik yang bergerak berlawanan dengan jarum jam, maka pada konduktor itu akan muncul medan gelombang elekromagnetik yang mengarah ke atas.
· Ketika jutaan orang berthawaf mengelilingi Ka’bah, hal ini akan seperti ada arus listrik yang sangat besar berputar-putar berlawanan dengan arah jarum jam mengitari Ka’bah. Kenapa hal ini terjadi ? Hal ini disebabkan tubuh manusia mengandung. Ini disebabkan karena Ka’bah, khususnya Hajar Aswad telah berfungsi sebagai konduktor seperti dalam teori Kaidah Tangan Kanan. Bukan konduktor, tapi super konduktor !!
· Gelombang tersebut akan membantu kekuatan do’a orang-orang yang bermunajat di sekitar Ka’bah, khususnya yang berada di dekat Hajar Aswad.

Analogi dengan penyiar radio· Pada saat seorang penyiar berbicara di depan mikropon, sebenarnya dia sedang menumpangkan suaranya pada gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh peralatan pemancarnya
· Suara dia bisa terdengar (dengan peralatan penerima) dari jarak yang sangat jauh. Hal ini terjadi karena energi suaranya “diangkut” oleh gelombang elektromagnetik dan dipancarkan oleh pemancar dengan power yang besar. Semakin besar powernya, akan semakin besar pula jarak tempuhnya, bisa menjangkau berkilo-kilo meter dari sumber suara.
· Orang yang berdo’a di dekat Multazam adalah laksana seorang penyiar radio yang sedang bertugas. Dia berada di depan “mirofon” Hajar Aswad. Ketika dia berdo’a, maka pancaran energi do’anya itu akan ditangkap oleh super konduktor Hajar Aswad untuk kemudian dipancarkan bersama-sama gelombang elektromagnetik yang mengarah ke atas akibat orang yang berthawaf.
· Dengan demikian energi do’a kita akan “menumpang” gelombang elektromagnetik yang keluar dari Ka’bah itu, mirip dengan yang terjadi pada radio. Kekuatan do’a kita menjadi berlipat kali besarnya dari semula karena dibantu oleh power yang demikian besar dari Ka’bah menuju Arasy Allah.
· Karena power yang demikian besar itulah maka berdo’a di Multazam menjadi demikian mustajab. Energi itu jauh lebih cepat sampai kepada Allah dan cepat pula mendapat balasannya.

(ringkasan dari buku "Pusaran Energi Ka'bah" karya Agus Mustofa, dari www.hikmahfm.com)